Senin, 01 Oktober 2012

desa unik "O"


1. Desa Dengan 100 Kembar Identik
Tak heran jika guru di sekolah itu mendapat tugas tambahan 
untuk menghapal muridnya satu per satu. Kedua puluh pasa
ng anak kembar itu berjenis kelamin sama dan merupakan 
kembar identik. Para guru kerap salah saat menyapa nama 
mereka. Apalagi setiap pasang anak kembar hanya dibeda
kan dengan belahan rambut.

Salah satu pasangan kembar mengatakan, tanda lahir di le
her merupakan salah satu pembeda mereka. Selebihnya me
reka nyaris sama. Warga Desa Kodinji yang mayoritas mus
lim juga mengatakan, keberadaan anak kembar di desa itu 
bukan hal yang aneh. Mereka mengangapnya sebagai hal is
timewa yang dianugerahkan Sang Pencipta.

Kebanyakan anak kembar juga lahir di rumah sakit yang sa
ma. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 
10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima 
atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahir
kan misteri yang mengundang untuk diteliti lebih lanjut.


2. Desa Unik yang Mempunyai Penduduk Hanya Satu Orang
Buford (3)
Adalah seorang pria bernama Don Sammons (60th) yang su
dah terbiasa tinggal sendirian. Di rumah? Tidak! Dia tinggal 
di dalam sebuah desa aneh yang hanya berpenduduk 1 orang
,yaitu dirinya. Sendirian!

Desa Buford terletak di Wyoming, Colorado, daerah perbukitan 
dengan suhu rendah terlebih di musim dingin. Desa ini telah di
tinggalkan oleh seluruh penghuninya yang memilih untuk tinggal
di tempat lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik karena 
merasa wilayah ini tidak akan bisa berkembang. Namun tidak de
mikian dengan Kakek Sammons yang kekeh untuk tetap tinggal 
di sana walaupun seorang diri.

Sammons meninggalkan Los Angeles taun 1980 bersama istri 
dan anaknya dan memilih menetap di Buford yang ketika itu 
masih dihuni oleh sekitar 2000 orang pekerja rel kereta api. 
Ketika istrinya meninggal 15 tahun lalu, anaknya yang kini 
berusia 26 tahun pun memilih untuk pindah ke kota Colorado.

Sammons mengelola sendiri sebuah pom bensin kecil dan sebuah 
toko untuk melayani mereka yang mampir dalam perjalanan lintas 
negara. “Dalam sehari toko saya bisa dikunjungi 1000 orang di 
musim panas, namun menurun hingga 100 orang saja di musim 
dingin,” kata Sammons yang mengklaim dirinya sebagai raja di Buford.


3. Desa Dengan Penduduk Keterbelakangan Mental
Sebanyak 445 warga di tiga desa yakni Desa Patihan, Pandak,
dan Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami 
keterbelakangan mental atau idiot. Kondisi ini diyakini sudah 
terjadi sejak 1970-an. Saat itu terjadi kemarau berkepenjangan 
di lereng perbukitan Rajekwesi yang menjadi awal malapetaka 
kemiskinan. Tiga desa tersebut bersebelahan hanya dipisahkan 
oleh gugusan perbukitan Rajekwesi. Desa Sidoharjo berada 
di lereng sebelah utara, Desa Karang Patihan di lereng timur,
sementara Desa Pandak berada di tenggara. Namun jarak 
antar desa mencapai puluhan kilometer dipisahkan hutan dan 
perbukitan kapur.

Kepala Desa Karang Patihan Daud Cahyono menuturkan, sejak 
kemarau menerjang, kondisi desa di sekitar perbukitan menjadi 
tandus dan berkapur. Tak sedikit warga yang kekurangan gizi,
 kekurangan iodium, sehingga menyebabkan kebodohan.
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Iman 
Sukmanto membenarkan hal tersebut. Menurut dia, salah satu 
penyebab keterbelakangan mental ratusan warga adalah 
kekurangan iodium yang banyak terdapat pada garam atau 
kecap. Untuk menghindari agar kasus idiot tidak berlanjut, 
Pemkab dan Dinkes Ponorogo terus melakukan sosialisasi 
perbaikan gizi kepada masyarakat, termasuk pembagian garam 
iodium gratis kepada seluruh warga.

Diharapkan generasi baru di kawasan tersebut tidak lagi 
mengidap keterbelakangan mental.
Pengidap idiot parah yang sudah berusia lanjut dan tidak 
bisa beraktivitas sama sekali, Pemkab berencana memberikan 
santunan berkala sampai penderita habis.


4. Desa Kepiting
Ada "Kampung Manusia Kepiting" di Bone
Sebuah perkampungan yang warganya mengalami kelainan 
fisik ditemukan di Dusun Ulutaue, Desa Mario, Kecamatan 
Mare, Bone, Sulawesi Selatan. Di sana, puluhan 
penduduknya menderita kelainan di jari kaki dan tangan. 
Mulai dari lanjut usia hingga bawah lima tahun, jari-jari 
mereka terbelah menjadi dua hingga mirip capit kepiting.

Di Dusun Ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa 
memiliki jari terbelah dua dan terkadang hanya memiliki 
tiga ruas jari. Alhasil, jika difungsikan, jari mereka mirip 
dengan kepiting. Fenomena tersebut mereka anggap 
sebagai kutukan bagi mereka yang berasal dari garis 
keturunan yang sama.

Kendati demikian, mereka tak pernah malu dengan 
warga kampung lain. Bahkan hal ini sudah menjadi 
hal biasa seperti takdir mereka. Bisa jadi, keanehan 
tersebut terjadi lantaran asupan gizi yang kurang sejak 
usia dalam kandungan. Maklum, pekerjaan mereka 
sehari-hari hanyalan nelayan. Ironisnya, hingga sekarang 
belum satu pun tim medis atau pemerintah setepat meneliti 
bahkan mengobati para penduduk di kampung itu.

Akibat keanehan pada jari-jari mereka, sebagian warga 
kampung lain ada yang merasa jijik bergaul dengan mereka. 
Tak hanya itu, perkampungan mereka pun diberi sebutan 
'Kampung Manusia Kepiting' oleh warga setempat.


5. Desa Berpenduduk Poligami
http://www.thinkinghousewife.com/wp/wp-content/uploads/2010/01/polygamy-615.jpg
Dalam hukum Amerika, berpoligami adalah kejahatan. 
Tetapi bagi 1200 warga Centennial Park -kampung kecil 
di Colorado Arizona- berpoligami menjadi impian. Bahkan 
para gadis justru ingin berbagi suami saat menikah kelak. 
Mungkin ada yang bersikap moderat di tengah kontroversi
soal poligami, bahwa orang berpoligami merupakan pilihan 
dan kesepakatan. Bahkan di AS yang menegaskan bahwa 
poligami adalah kejahatan, praktik rumah tangga dengan 
dua atau beberapa cinta ternyata tetap ada. Sekitar 1200 
penduduk Centennial Park, kampung kecil di dekat Colorado, 
menunjukkan bahwa mereka berpoligami juga dengan 
alasan sendiri. Berbeda dengan mayoritas warga AS, 
mereka menyebut komunitasnya All-American Families 
(Keluarga Amerika Seluruhnya), dalam arti sebenarnya.

Seperti Ariel Hammon, 32, yang menikahi Helen, 30, 
yang memberinya tujuh orang anak, kemudian 
menikahi Lisa, 20, yang memberinya dua anak. 
Bagi Ariel dan dua istrinya berpoligami berarti 
menambah tenaga kerja untuk membangun rumah-
rumah baru. “Warga di Centennial Park pernah membangun 
rumah baru di dekat rumah induk hanya dalam waktu dua hari
.Itu karena banyak anak, banyak sukarelawan,” kata Ariel
kepada ABCNews. Cemburu karena cinta berbagi? “Kami 
tidak pernah memikirkannya, justru ini yang saya impikan 
sejak dahulu,” kata Helen, yang bekas siswa Ariel seperti 
halnya Lisa. “Saya tidak masalah Ariel sudah menikah, itu 
saya anggap bonus,” tambah Lisa.

Beberapa penduduk yang ditanya soal seks, mengaku risih. 
Menurut mereka, para remaja tetap menjaga keperawanan 
dan dilarang berciuman sebelum menikah. Dan di tengah 
tergerusnya moralitas akibat merebaknya seks bebas di 
AS, Centennial Park cenderung tertutup dan curiga dengan 
orang asing. “Karena agama melarang (seks sebelum meni
kah),” kata seorang penduduk.

Seorang remaja putri, Michelle misalnya berharap suatu 
hari keperawanan akan memberinya orang yang tepat. 
“Tak masalah apakah calon suami saya punya enam 
atau tujuh istri. Laki-laki bukan milik kami, kami juga 
tidak bisa menguasainya. Sebanyak apa pun istri yang 
diinginkannya, tak masalah selama itu kehendak Tuhan
,” kata Michelle.

Ariel juga menilai program Big Love di televise HBO yang 
menggambarkan intrik, kecemburuan dan saling menjatuhkan 
antara para istri, bukannya kenyataan sebenarnya. Ariel menilai 
yang terpenting adalah menjaga keutuhan rumah tangga dan 
mengasuh anak-anak sehingga seks bukan prioritas. “Untuk 
seks, harus mencuri waktu karena banyak anak di rumah. 
Tetapi seks adalah ekspresi cinta, banyak cinta di tempat ini,” 
kata Ariel.


6. Desa Yang Penduduknya Hidup Tanpa Air Bersih
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd2NZ-zxdIkFlyB8z83ZnRmlz0VPpozz0PSuaaB7iuDPAyPdkgXnnJRAdbtQV_-Qsg3NtICJOO2VpUD7MYBd7WtLzzPiagBWPBVdBbpnNaUjdvoJ0MG8_YEDsbD9Rc3RfsXG1zX2p11rpx/s1600/ilustrasi-air-kotor.jpg
Lebih dari 40 tahun warga Pedukuhan Wangon, Desa Kubangsari, 
Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 
hidup tanpa air bersih. Mereka merasa hidup tak layak di negera 
merdeka. Desa yang berpenduduk lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air bersih.

Air bersih bagaikan barang langka yang sulit didapat. Sementara 
pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap kesulitan warganya itu.

Konon katanya, desa ini kena kutukan karena ada seorang nenek 
nenek yang meminta air minum ke warga desa tapi ga ada yang ngasih.

Pemerintah ingin segera membangun sumur bor untuk mendapatkan 
air bersih, sayangnya hasilnya pun sia-sia.


7. Desa Tanpa Kasur
http://farm6.static.flickr.com/5175/5397543153_955d18f501.jpg
dusun kasuran adalah salah satu dusun yang yang ada di desa 
margodadi kecamatan sayegan, sleman. Sepintas emang gak 
beda sama dusun yang laen gan, tapi satu hal yang membedakan 
adalah mayoritas penduduknya gak tidur diatas kasur.

Tradisi ini udah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek 
moyang, dan gak cuma ditaati oleh orang-orang yang udah sepuh, 
tapi juga orang-orang muda dan anak-anak. Meyoritas warga tidur 
hanya beralaskan tikar atau dipan yang gak ada kasurnya.

Kebiasaan ini tentunya bukan tanpa alasan, mitosnya aturan agar 
warga gak tidur diatas kasur merupakan perintah dari Sunan Kalijaga. 
Dusun ini dulunya emang pernah disinggahi Sunan Kalijaga ketika 
melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan 
Kalijaga berjalan dari Godean menuju arah utara, antara lain 
melewati Dusun Grogol dan Tuksibeduk. Sampai di Kasuran 
sekitar pukul 13.00-14.00 Sunan Kalijaga merasa sangat lelah. 
Kemudian dia meminta salah satu warga agar menggelarkan kasur 
untuk istirahat.

Ketika akan melanjutkan perjalanan, Sunan Kalijaga berpesan agar 
warga jangan sekali-kali tidur diatas kasur. Pesan tersebut masih 
dilaksanakan sampe sekarang, bukan hanya buat penduduk asli tapi
juga buat penduduk baru.

Trus bagaimana kalo dilanggar? menurut pengakuan penduduk 
setempat biasanya akan terjadi hal-hal yang aneh. Seperti yang 
terjadi pada 11 orang mahasiswa yang sedang KKN di daerah ini, 
sebelumnya mereka udah diberitahu tentang peraturan tak tertulis 
yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau apakah mereka bener-
bener percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam hati 
menolak. Alhasil menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa 
teriak-teriak histeris, teman-temannya mengira 4 orang ini masuk 
angin, setelah dipanggilkan dokter kondisi mereka tetap sama, 
setelah dipanggilkan sesepuh barulah mereka bisa tenang.

Kisah lain, salah satu warga Kasuran menidurkan anaknya yang 
masih kecil di atas kasur. Tanpa diketahui sebabnya anak tersebut 
tiba-tiba mengalami panas tinggi, menangis dan berteriak tanpa sebab 
yang jelas, setelah ditidurkan di 'jogan' (lantai) baru berhenti menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar